Container farming ini merupakan dukungan perusahaan listrik negara (PLN) melalui program sosialnya, yakni PLN peduli untuk mengembangkan sistem pertanian dalam negeri.
Program pertanian ini menggunakan kontainer truk yang sudah tidak terpakai. Kontainer bekas kemudian disulap menjadi ruang pertanian dengan menerapkan metode tanam hidroponik.
Container farming sendiri mengedepankan aspek inovasi teknologi, mulai dari mengatur komposisi air dan pemupukan secara otomatis, menggunakan sistem pencahayaan dengan sinar ultraviolet sebagai pengganti sinar matahari, serta sistem pengaturan suhu dan udara yang menggunakan kipas dan pendingin ruangan.
Menanam Tumbuhan Dengan Memanfaatkan Teknologi
Di dalam ruangan kontainer, terdapat dua jenis sayur mayur yang ditanam, yaitu selada dan pakcoy yang ditanam menggunakan sistem hidroponik. Kedua macam jenis sayuran ini dipilih karena proses penanamannya yang relatif cepat dan mudah.
Isur, selaku Penyuluh Pertanian Sudin KPKP, dalam acara Halo Indonesia DAAI TV menuturkan bahwa tanaman di Container farming menggunakan teknologi LED grow light sebagai pengganti sinar matahari.
“Tanaman membutuhkan sinar matahari untuk proses fotosintesis, sehingga penyinaran sangat dibutuhkan untuk tanaman. Kami mengganti sinar matahari dengan metode LED grow light untuk meningkatkan pertumbuhan tanamannya” ujar Isur.
Isur juga menjelaskan bahwa container farming menggunakan teknologi dengan sistem budidaya tanaman yang unik dengan membuat suhu seperti di dataran tinggi.
Hal ini bertujuan agar tanaman yang tumbuh di dataran tinggi seperti stroberi dapat di tanam di Jakarta.
Selain itu, kebun buah naga juga memanfaatkan teknologi pencahayaan otomatis dari lampu LED yang dipasang di setiap pohon serta sistem penyiraman yang dialirkan melalui pipa.
Pohon buah naga yang menggunakan lampu LED dan disiram melalui pipa. (Foto/ Youtube Halo Indonesia DAAI TV).
Buah naga yang ditanam pun tidak lagi bergantung pada sinar matahari dan mempercepat proses pertumbuhan tanaman.
Dibuka Untuk Umum
Container farming dibuka untuk umum dengan tujuan memberikan edukasi bagi masyarakat luas yang ingin mendalami dunia pertanian, khususnya generasi muda.
“Mindset anak muda ketika mendengar kata bertani itu pasti identik dengan kata kotor. Diharapkan dengan adanya teknologi container farming, kita bisa perkenalkan kalau bertani itu bisa tetap bersih dengan memanfaatkan teknologi yang canggih dan keren” terang Isur.
Selain container farming, Di lahan seluas 2,2 hektar ini masyarakat juga dapat belajar bertani konvensional, mulai dari cara menanam di tanah, proses pembenihan, memanen, pengemasan, hingga pemasaran.
Agro edukasi wisata Ragunan juga akan membuat ruang belajar dengan memanfaatkan kotoran sapi menjadi energi alternatif biogas.
Hal ini bertujuan agar warga Jakarta dapat mendukung kemandirian pangan dan belajar bertani karena Indonesia tergenal sebagai negara agraris.
jika ingin memodifikasi container di container Marunda aja
Sumber:
Comments